Perbandingan
NOVEL SALAH ASUHAN KARYA ABDOEL MOEIS
dan
NOVEL SITI NURBAYA KARYA MARAH RUSLI
Kedua
novel yang terbit pada tahun 1920-an atau Angkatan Balai Pustaka ini memiliki
persamaan dan perbedaan. Saya meninjau persamaan dan perbedaan kedua novel ini
dari segi unsur intrinsik, unsur ekstrinsik, dan juga akhir ceritanya.
UNSUR INTRINSIK
|
|
1. Tema
|
|
Persamaan
|
Perbedaan
|
Kedua
novel di atas mengangkat tema yang sama, yaitu masalah adat-istiadat masyarakat
Pribumi (Timur) dan adat-istiadat masyarakat Eropa (Barat). Di mana kita
lihat dalam novel Salah Asuhan Hanafi dan Corrie mempertentangkan budaya
Barat dan Timur dan dalam novel Siti Nurbaya pertentangan budaya Barat dan
Timur yaitu cara pergaulan Siti Nurbaya dan Samsulbahri yang berciuman, di
mana berciuman adalah budaya barat karena di Indonesia dilarang berciuman
yang bukan muhrim.
Selain
masalah adat tersebut, dalam kedua novel di atas juga terdapat masalah yang
sama yaitu percintaan dan perkawinan yang didasari
padaperkawinan paksa atau perkawinan dengan orang yang
tidak dicintai oleh masing-masing tokoh. Dalam novel salah asuhan, Hanafi
terpaksa menikah dengan Rapiah karena masalah hutang budi dan Corrie terpaksa
menikah dengan Hanafi karena perasaan iba. Dalam novel Siti Nurbaya, ia
terpaksa menikah dengan Datuk Maringgih karena masalah hutang orangtua.
|
Perbedaan
dari segi tema adalah pada temapercintaan. Dalam
novel Siti Nurbaya terdapat sepasang tokoh yang saling mencintai, yaitu
Samsulbahri dan Siti Nurbaya, sedangkan dalam novel Salah Asuhan tidak ada
satu pun tokoh yang saling mencintai.
|
2. Tokoh
|
|
Persamaan
|
Perbedaan
|
_
|
Tokoh dalam
novel Salah Asuhan yaitu Hanafi, Corrie, Rapiah, Ibu Hanafi, Tuan Du Busse,
Sutan Batuah, Syafei, dan Si Buyung, sedangkan tokoh dalam novel Siti Nurbaya
adalah Siti Nurbaya,
Samsulbahri, Datuk Maringgih, Baginda Sulaeman, Sutan Mahmud Syah, Siti
Mariam, Sahabat Samsulbahri, dan Kaki Tangan Datuk Maringgih.
|
3. Penokohan
|
|
Persamaan
|
Perbedaan
|
Metode
penokohan dalam kedua novel tersebut adalah sama yaitu metode dramatik/ tak
langsung/ ragaan, di mana watak tokoh tidak secara langsung disebutkan oleh
pengarang tetapi dapat kita lihat dari pemikiran, percakpan, dan lakuan tokoh
dalam cerita.
|
_
|
4. Alur
|
|
Persamaan
|
Perbedaan
|
Kedua novel
tersebut memaparkan alur yang sama yaitu alur maju,
karena pengarang menceritakan kisah dalam novel ke masa selanjutnya.
|
_
|
5. Latar
(Setting)
|
|
Persamaan
|
Perbedaan
|
Persamaan
kedua novel tersebut terletak pada latar waktu yaitu sekitar
tahun 1920-an pada masa penjajahan Belanda dan pada latar sosialyaitu
kondisi sosial masyarakat di tempat dan di masa itu.
|
Perbedaan
kedua novel tersebut terletak padalatar tempat. Novel Salah
Asuhan berlatar di Minangkabau sedangkan novel Siti Nurbaya berlatarkan
Padang.
|
6. Sudut
Pandang
|
|
Persaman
|
Perbedaan
|
Kedua novel
di atas memiliki sudut pandang yang sama yaitu pengarang bertindak sebagai
orang ketiga yang menceritakan kisah kehidupan tokoh-tokoh dalam novelnya.
|
_
|
7. Gaya
Penulisan/ Bahasa
|
|
Persamaan
|
Perbedaan
|
Gaya
penulisan dalam kedua novel ini apabila dilihat dari segi bahasa adalah
bahasa Melayu dan ada juga diselipkan bahasa Belanda. Dalam penulisannya juga
terdapat pantun dan pribahasa.
|
_
|
8. Amanat
|
|
Persamaan
|
Perbedaan
|
Pada dasarnya
karena tema yang diangkat oleh pengarang sama maka amanat yang terkandung
dalam kedua novel ini adalah sama, yaitu masalah amanat adat-istiadat atau
budaya dan amanat dalam percintaan. Sebagai orang Indonesia kita harus
menghargai budaya kita sebagai orang timur dan juga tidak memburuk-burukkan
budaya bangsa lain.
Kemudian
dalam masalah percintaan atau masalah perkawinan paksa yang tersurat dalam
cerita kedua novel tersebut sebaiknya dihilangkan karena pernikahan yang
tidak didasari oleh rasa saling cinta tentu akan berdampak negatif atau
kurang baik bagi orang yang melakoninya.
|
|
UNSUR EKSTRINSIK
|
|
1. Latar
Belakang Penciptaan Karya Sastra
|
|
Persamaaan
|
Perbedaan
|
Penciptaan
kedua novel di atas berasal dari luar diri pengarang, karena pada kedua novel
ini pengarang hanya sebagai sudut pandang orang ketiga.
|
_
|
2. Kondisi
Masyarakat Saat Karya Sastra Diciptakan.
|
|
Persamaan
|
Perbedaan
|
Dalam kedua novel ini pengarang
menciptakan karyanya berdasarkan kehidupan sosial masyarakat pada masa itu.
Di mana ada masyarakat yang terpengaruh budaya barat karena pada masa itu
adalah masa penjajhan Belanda.
|
_
|
3. Sejarah
dan Latar Belakang Pengarang(Biografi Pengarang)
|
|
Persamaan
|
Perbedaan
|
Persamaan
kedua pengarang novel ini adalah bersal dari zaman atau angkatan yang sama,
yaitu Angkatan Balai Pustaka. Selain itu asal kedua pengarang ini juga sama
yaitu daerah Sumatera Barat sehingga sedikit banyaknya memiliki pemikiran dan
sikap yang sama terhadap karya sastra.
|
Abdoel Moeis (lahir di Sungai Puar,
Bukittinggi, Sumatera Barat, 3 Juli 1883 – wafat di Bandung, Jawa Barat, 17
Juni 1959 pada umur 75 tahun) adalah seorang sastrawan dan wartawan
Indonesia. Pendidikan terakhirnya adalah di Stovia (sekolah kedokteran, sekarang
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia), Jakarta akan tetapi tidak tamat.
Ia juga pernah menjadi anggota Volksraad yang didirikan pada tahun 1916 oleh
pemerintah penjajahan Belanda.
Marah Rusli adalah seorang sastrawan
yang bernama lengkap Marah Rusli bin Abu Bakar dilahirkan di Padang, Sumatra
Barat pada tanggal 7 Agustus 1889. Tahun 1904 tamat Sekolah Rakyat di Padang.
Tahun 1909 tamat Sekolah Raja (Hoofdenscool) di Bukittinggi. Tahun 1915 tamat
Sekolah Dokter Hewan (Vee Arstsen School ) di Bogor. Meski lebih terkenal
sebagai sastrawan, Marah Rusli sebenarnya adalah dokter hewan. Tahun 1915 ia
di tempatkan di Sumbawa Besar sebagai Ajung Dokter Hewan. Pada tahun 1916 ia
menjadi Kepala Peternakan. Pada Tahun 1920-1922, Marah Rusli diangkat sebagai
asisten dosen Dokter Hewan Wittkamp di Bogor. Karena berselisih dengan
atasannya, orang Belanda, ia diskors selama setahun. Selama menjalani
skorsing itulah ia menulis novel “Siti Nurbaya”. Marah Rusli meninggal dunia
pada tanggal 17 Januari 1968 dan dimakamkan di Bogor.
|
AKHIR CERITA
|
|
Persamaan
|
Perbedaan
|
Kedua novel tersebut berakhir
dengan sad ending, di mana tokoh utamanya meninggal dunia.
|
0 comments:
Post a Comment