Rangkuman B.Indonesia Bab 3 semester 2



RANGKUMAN
A.    MEREFLEKSIKAN ISI PUISI
·         Puisi mengajari manusia untuk misalnya bersikap jujur, bersahaja, rendah hati, adil bertanggung jawab, setia, dan penyayang.
·         Merefleksikan pusi sama dengan menghubungkan serta mengaktualisasikan makna puisi dalam bentuk perenungan, pemikiran, atau tingkah laku.
·         Merefleksikan puisi dilakukan setelah kita benar-benar memahami isi puisi secara tepat.
·         Memahami puisi dapat dilakukan dengan pemaknaan dan pengungkapan isi puisi dengan cara menganalisis rangkaian kata-kata yang digunakan berdasarkan suasana atau nuansa, irama, pilihan kata.
·         Supaya dapat memahami, menanggapi, dan merefleksikan sebuah puisi yang dibacakan, kita harus benar-benar berkonsentrasi dalam menyimaknya.
B.     MENCERITAKAN TOKOH IDOLA
·         Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menceritakan tokoh idola adalah sebagai berikut :
1.      Kelengkapan isi sebuah cerita berkenaan dengan tokoh.
a.      Identitas tokoh
b.      Perjalanan hidup tokoh
c.       Peristiwa-peristiwa penting bagi tokoh
d.      Keunggulan atau kelebihan dan kekurangan tokoh
e.       Hal-hal yang patut dicontoh dari tokoh.
2.      Kejelasan penceritaan
a.       Variasi intonasi
b.      Kejelasan artikulasi
c.       Volume suara
3.      Hal-hal yang menarik untuk di ceritakan
a.       Pebnyampaian cerita
b.      Pemilihan diksi
c.       Kelengkapan materi atau isi
·         Contoh biografi :
Biografi Jokowi ( Joko Widodo )
Jokowi adalah tokoh pemimpin terpuji Walikota Solo dan berperan memperomosikan Mobil SMK. Ir. Joko Widodo (Jokowi) adalah Walikota Kota Surakarta (Solo) untuk dua kali masa bhakti 2005-2015. Wakil Walikotanya adalah F.X. Hadi Rudyatmo. Jokowi lahir di Surakarta pada 21 Juni 1961. Agama Jokowi adalah Islam. Pada 2012 Jokowi memenangkan pilkada DKI Jakarta dan ditetapkan sebagai Gubernur DKI Jakarta. Banyak pihak optimis dengan kinerja Jokowi dan wakilnya Ahok untuk memperbaiki kota Jakarta yang semerawut.
Jokowi meraih gelar insinyur dari Fakultas Kehutanan UGM pada tahun 1985. Ketika mencalonkan diri sebagai Walikota Solo, banyak yang meragukan kemampuan pria yang berprofesi sebagai pedagang mebel rumah dan taman ini, bahkan hingga saat ia terpilih. Namun setahun setelah ia memimpin, banyak gebrakan progresif dilakukan olehnya. Ia banyak mengambil contoh pengembangan kota-kota di Eropa yang sering ia kunjungi dalam rangka perjalanan bisnisnya.
Di bawah kepemimpinannya, Solo mengalami perubahan yang pesat. Branding untuk kota Solo dilakukan dengan menyetujui moto “Solo: The Spirit of Java“. Langkah yang dilakukannya cukup progresif untuk ukuran kota-kota di Jawa, ia mampu merelokasi pedagang barang bekas di Taman Banjarsari hampir tanpa gejolak untuk merevitalisasi fungsi lahan hijau terbuka, memberi syarat pada investor untuk mau memikirkan kepentingan publik, melakukan komunikasi langsung rutin dan terbuka (disiarkan oleh televisi lokal) dengan masyarakat. Taman Balekambang, yang terlantar semenjak ditinggalkan oleh pengelolanya, dijadikannya taman.
Jokowi juga tak segan menampik investor yang tidak setuju dengan prinsip kepemimpinannya. Sebagai tindak lanjut branding ia mengajukan Surakarta untuk menjadi anggota Organisasi Kota-kota Warisan Dunia dan diterima pada tahun 2006. Langkahnya berlanjut dengan keberhasilan Surakarta menjadi tuan rumah konferensi organisasi tersebut pada bulan Oktober 2008 ini. Pada tahun 2007 Surakarta juga telah menjadi tuan rumah Festival Musik Dunia (FMD) yang diadakan di kompleks Benteng Vastenburg yang terancam digusur untuk dijadikan pusat bisnis dan perbelanjaan. FMD pada tahun 2008 diselenggarakan di komplek Istana Mangkunegaran.
Berkat prestasi tersebut, Jokowi terpilih menjadi salah satu dari “10 Tokoh 2008″ oleh Majalah Tempo.
Asal Nama Julukan “Jokowi”
“Jokowi itu pemberian nama dari buyer saya dari Prancis,” begitu kata Walikota Solo, Joko Widodo, saat ditanya dari mana muncul nama Jokowi. Kata dia, begitu banyak nama dengan nama depan Joko yang jadi eksportir mebel kayu. Pembeli dari luar bingung untuk membedakan, Joko yang ini apa Joko yang itu. Makanya, dia terus diberi nama khusus, ‘Jokowi’. Panggilan itu kemudian melekat sampai sekarang. Di kartu nama yang dia berikan tertulis, Jokowi, Walikota Solo. Belakangan dia mengecek, di Solo yang namanya persis Joko Widodo ada 16 orang.
Saat ini, Jokowi menjabat untuk periode kedua. Kemenangan mutlak diperoleh saat pemilihan wali kota tahun lalu. Nama Jokowi kini tidak hanya populer, tapi kepribadiannya juga disukai masyarakat. Setidaknya, ketika pergi ke pasar-pasar, para pedagang beramai-ramai memanggilnya, atau paling tidak berbisik pada orang sebelahnya, “Eh..itu Pak Joko.”
Bagaimana ceritanya sehingga dia bisa dicintai masyarakat Solo? kebijakan apa saja yang telah membuat rakyatnya senang? mengapa pula dia harus menginjak pegawainya? berikut wawancara wartawan Republika, Ditto Pappilanda, dengan Jokowi dalam kebersamaannya sepanjang setengah hari di seputaran Solo.
Sikap apa yang Anda bawa dalam menjalankan karier sebagai birokrat?
            Secara prinsip, saya hanya bekerja untuk rakyat. Hanya itu, simpel. Saya tidak berpikir macam-macam, kan saya tidak bisa apa-apa. Mau dinilai tidak baik, silakan, mau dinilai baik, ya silakan. Saya kan tugasnya hanya
bekerja. Tidak ada kemauan macam-macam. Tidak punya target apa-apa, bekerja, begitu saja.
Benar, saya tidak muluk-muluk dan sebenarnya yang kita jalankan pun semua orang bisa ngerjain. Hanya, mau tidak. Punya niat tidak. Itu saja. Tidak perlu tinggi-tinggi, sederhana sekali. Contoh, lima tahun yang lalu, pelayanan KTP kita di Kecamatan semrawut. KTP bisa dua minggu, bisa tiga minggu selesai. Tidak ada waktu yang jelas. Bergantung pada yang meminta, seminggu bisa, dua minggu bisa. Tapi, dengan memperbaiki sistem, apa pun akan bisa berubah. Menyiapkan sistem, kemudian melaksanakan sistem itu, dan kalau ada yang tidak mau melaksanakan sistem, ya, saya injak.

Awalnya reaksi internal bagaimana?
            Ya biasa, resistensi setahun di depan, tapi setelah itu, ya, biasa saja. Semuanya kalau sudah biasa, ya semuanya senang. Ya, kita mengerti itu masalah, ternyata ya juga bisa dilakukan.
            Untuk mengubah sistem proses KTP itu, tiga Lurah saya copot, satu Camat saya copot. Saat itu, ketika rapat diikuti 51 Lurah, ada tiga Lurah yang kelihatan tidak niat. Tidak mungkin satu jam, pak, paling tiga hari, kata mereka. Besoknya Lurah itu tidak menjabat. Kalau saya, gitu saja. Rapat lima Camat lagi, ada satu Camat, sulit pak, karena harus entri data. Wah ini sama, lah. Ya, sudah.
Nyatanya, setelah mereka hilang, sistemnya bisa jalan. Seluruh Kecamatan sekarang sudah seperti bank. Tidak ada lagi sekat antara masyarakat dan pegawai, terbuka semua. Satu jam juga sudah jadi. Rupiah yang harus dibayar sesuai perda, Rp 5.000.
Anda juga punya pengalaman menarik dalam penanganan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang kemudian banyak menjadi rujukan?
            Iya, sekarang banyak daerah-daerah ke sini, mau mengubah mindset. Ternyata penanganan (PKL) bisa tanpa berantem. Memang tidak mudah, pengalaman kami waktu itu adalah memindahkan PKL di Kecamatan Banjarsari yang sudah dijadikan tempat jualan bahkan juga tempat tinggal selama lebih dari 20 tahun. Kawasan itu sebetulnya kawasan elite, tapi karena menjadi tempat dagang sekaligus tempat tinggal, yang terlihat adalah kekumuhan.
Lima tahun yang lalu, mereka saya undang makan di sini (ruang rapat rumah dinas Walikota). Saya ajak makan siang, saya ajak makan malam, saya ajak bicara, sampai 54 kali, saya ajak makan siang, makan malam, seperti ini. Tujuh bulan seperti ini. Akhirnya, mereka mau pindah. Tidak usah di gebukin.
Mengapa butuh tujuh bulan, mengapa tidak di tiga bulan pertama?
            Kita melihat-lihat angin, lah. Kalau Anda lihat, pertama kali mereka saya ajak ke sini, mereka semuanya langsung pasang spanduk. Pokoknya kalau dipindah, akan berjuang sampai titik darah penghabisan, nyiapin bambu runcing. Bahkan, ada yang mengancam membakar balai kota.
Situasi panas itu sampai pertemuan ke berapa?
            Masih sampai pertemuan ke-30. Pertemuan 30-50 baru kita berbicara. Mereka butuh apa, mereka ingin apa, mereka khawatir mengenai apa. Dulu, mereka minta sembilan trayek angkot untuk menuju wilayah baru. Kita beri tiga angkutan umum. Jalannya yang sempit, kita perlebar.
Yang sulit itu, mereka meminta jaminan omzet di tempat yang baru sama seperti di tempat yang lama. Wah, bagaimana Walikota disuruh menjamin seperti itu. Jawaban saya, rezeki yang ngatur di atas, tapi nanti selama empat bulan akan saya iklankan di televisi lokal, di koran lokal, saya pasang spanduk diseluruh penjuru kota. Akhirnya, mereka mau pindah.
Pindahnya mereka saya siapkan 45 truk, saya tunggui dua hari, mereka pindah sendiri-sendiri. Pindahnya mereka dari tempat lama ke tempat baru saya kirab dengan prajurit keraton. Ini yang tidak ada di dunia mana pun. Mereka bawa tumpeng satu per satu sebagai simbol kemakmuran. Artinya, pindahnya senang. Tempat yang lama sudah jadi ruang terbuka hijau kembali.
Omzetnya di tempat yang baru?
            Bisa empat kali. Bisa tanya ke sana, jangan tanya saya. Tapi, ya kira-kira ada yang sepuluh kali, ada yang empat kali. Rata-rata empat kali. Ada yang sebulan Rp 300 juta. Itu sudah bukan PKL lagi, geleng-geleng saya.
Bagaimana dengan PKL yang lain?
            Setelah yang eks-PKL Banjarsari pindah, tidak sulit meyakinkan yang lain. Cukup pertemuan tiga sampai tujuh kali pertemuan selesai. Sampai saat ini, kita sudah pindahkan 23 titik PKL, tidak ada masalah.
Dan yang repot sekarang ini adalah pedagang PKL itu minta direlokasi. Kita yang tidak punya uang. Sampai sekarang ini, masih 38 persen PKL yang belum direlokasi. Jadi, kalau masih melihat PKL di jalan atau trotoar, itu bagian dari 38 persen tadi.
Tampaknya, pemberdayaan pasar menjadi perhatian Anda?
            O, iya. Kita sudah merenovasi 34 pasar dan membangun pasar yang baru di tujuh lokasi. Jika dikelola dengan baik, pasar ini mendatangkan pendapatan daerah yang besar.
Dulu, ketika saya masuk, pendapatan dari pasar hanya Rp 7,8 miliar, sekarang Rp 19,2 miliar. Hotel hanya Rp 10 miliar, restoran Rp 5 miliar, parkir Rp 1,8 miliar, advertising Rp 4 miliar. Hasil Rp 19,2 miliar itu hanya dari retribusi harian Rp 2.600. Pedagangnya banyak sekali, kok. Ini yang harus dilihat. Asal manajemennya bagus, tidak rugi kita bangun-bangun pasar. Masyarakat dan pedagang terlayani, kita dapat income seperti itu.
Sementara kalau mal, enggak tahu saya, paling bayar IMB saja, kita mau tarik apa? Makanya, mal juga kita batasi. Begitu juga hypermarket kita batasi. Bahkan, minimarket juga saya stop izinnya. Rencananya dulu akan ada 60-80 yang buka, tapi tidak saya izinkan. Sekarang hanya ada belasan.
Tapi, sepertinya Pasar Klewer belum tersentuh ya, kondisinya masih kurang nyaman?
            Klewer itu, waduh. Uangnya besar sekali. Kemarin, dihitung investor, Rp 400 miliar. Uang dari mana? anggaran berapa puluh tahun, kita mau cari jurus apa belum ketemu. Anggaran belanja Solo Rp 780 miliar, tahun ini Rp 1,26 triliun. Tidak mampu kita. Pedagang di Klewer lebih banyak, 3.000-an pedagang, pasarnya juga besar sekali. Di situ, yang Solo banyak, Sukoharjo banyak, Sragen banyak, Jepara ada, Pekalongan ada, Tegal ada. Batik dari mana-mana. Tapi, saya yakin ada jurusnya, hanya belum ketemu saja.
Soal pendidikan, di beberapa daerah sudah banyak dilakukan pendidikan gratis, apakah di Solo juga begitu?
            Kita beda. Di sini, kita menerbitkan kartu untuk siswa, ada platinum, gold, dan silver. Mereka yang paling miskin itu memperoleh kartu platinum. Mereka ini gratis semuanya, mulai dari uang pangkal sampai kebutuhan sekolah dan juga biaya operasional. Kemudian, yang gold itu mendapat fasilitas, tapi tak sebanyak platinum, begitu juga yang silver, hanya dibayari pemkot untuk kebutuhan tertentu.

Itu juga yang diberlakukan untuk kesehatan?
            Iya, ada kartu seperti itu, ada gold dan silver. Gold ini untuk mereka yang masuk golongan
sangat miskin. Semua gratis, perawatan rawat inap, bahkan cuci darah pun untuk yang gold ini gratis.
Tampaknya, sekarang masyarakat sudah percaya pada Anda, padahal di awal terpilih, banyak yang sanksi?
            Yah, satu tahun, lah. Namanya belum dikenal, saya kan bukan potongan Walikota, kurus, jelek. Saya juga tidak pernah muncul di Solo, apalagi bisnis saya 100 persen ekspor. Ada yang sanksi, ya biar saja, sampai sekarang tidak apa-apa. Mau sanksi, mau menilai jelek, terserah orang.
Dulu, apa niat awalnya jadi Walikota?
            Tidak ada niat, kecelakaan. Tidak tahu itu. Dulu, pilkada pertama, kita dapat suara 37 persen, menang tipis. Kan saya bukan orang terkenal. Yang lain terkenal semuanya kan, saya tidak. Tapi, kelihatannya masyarakat sudah malas dengan orang terkenal. Mau coba yang tidak terkenal. Coba-coba, jadi saya bilang kecelakaan tadi itu memang betul.
Hal apa yang paling mengesankan selama Anda menjadi Walikota?
            Paling mengesankan? paling mengesankan itu, kalau dulu, kan, Walikota pasti meresmikan hal-hal yang besar. Misalnya, meresmikan mal terbesar. Tapi, sekarang, gapura, pos ronda, semuanya saya yang buka. Pos ronda minta dibuka Walikota, gapura dibuka Walikota, ya gimana rakyat yang minta, buka aja. Ya, kadang-kadang lucu juga, tapi kita nikmati.
Apa kesulitan yang paling pertama Anda temui saat menjabat sebagai Walikota?
            Masalah aturan. Betul. Kita, kalau di usaha, mencari yang sesimpel mungkin, seefisien mungkin. Tapi, kita di pemerintahan tidak bisa, ada tahapan aturan. Meskipun anggaran ada, aturannya tidak terpenuhi, tidak bisa dijalani. Harusnya, bisa kita kerjain dua minggu, harus menunggu dua tahun. Banyak aturan-aturan yang justru membelenggu kita sendiri, terlalu prosedural. Kita ini jadi negara prosedur.
Apa pertimbangannya saat Anda mencalonkan untuk kedua kalinya?
            Sebetulnya, saya tidak mau. Mau balik lagi ke habitat tukang kayu. Saat itu, setiap hari datang berbondong-bondong berbagai kelompok yang mendorong saya maju lagi. Mereka katakan, ini suara rakyat. Saya berpikir, ini benar atau tidak, apa hanya rekayasa politik. Dua minggu saya cuti, pusing saya mikir itu. Saya pulang, okelah saya survei saja. Saya survei pertama, dapatnya 87 persen. Tidak percaya, saya survei lagi, dapatnya 87 persen lagi.
            Setelah survei itu, saya melihat, benar-benar ada keinginan masyarakat. Jadi, yang datang ke saya itu benar. Dan ternyata memang saya dapat hampir 91 persen. Saya lihat ada harapan dan ekspektasi yang terlalu besar. Perhitungan saya 65-70 persen. Hitungan di atas kertas kira-kira 65:35 atau 60:40.
Ada kekhwatiran tidak, ketika lepas jabatan, semua yang Anda bangun tetap terjaga?
            Pertama ada blueprint, ada concept plan kota. Paling tidak, pemimpin baru nanti tidak usah pakai 100 persen, setidaknya 70 persen. Jangan sampai, sudah SMP, kembali lagi ke TK. Saya punya kewajiban juga untuk menyiapkan dan memberi tahu apa yang harus dilakukan nantinya.
Biodata Joko Widodo
Nama                           : Joko Widodo
Tempat Tanggal Lahir : Surakarta, 21 Juni 1961
Agama                         : Islam
Pekerjaan                     : Pengusaha
Profil Facebook           : jokowi
Akun twitter               : jokowi_do2
Email                           : jokowi@indo.net.id
Alamat Kantor            : Jl. Jend. Sudirman No. 2 Telp. 644644, 642020, Psw 400, Fax.                                            646303
Alamat Rumah Dinas : Rumah Dinas Loji Gandrung Jl. Slamet Riyadi No. 261 Telp.                                              712004 HP. 0817441111
Pendidikan                  : SDN 111 Tirtoyoso Solo
                                      SMPN 1 Solo
                                      SMAN 6 Solo
                                      Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta lulusan 1985
Karir                            : Pendiri Koperasi Pengembangan Industri Kecil Solo (1990)
  Ketua Bidang Pertambangan & Energi Kamar Dagang dan Industri      Surakarta (1992-1996).
Ketua Asosiasi Permebelan dan Industri Kerajinan Indonesia Surakarta (2002-2007).
Penghargaan                : Joko Widodo terpilih menjadi salah satu dari “10 Tokoh 2008″.                                           Menjadi Walikota terbaik tahun 2009.
Pak Joko Widodo juga meraih penghargaan Bung Hatta Award, atas kepemimpinan dan kinerja beliau selama membangun dan memimpin kota Solo.
Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) Award.
Selain itu, berkat kepemimpinan beliau (dan tentunya semua pihak yang membantu), kota Solo juga banyak meraih penghargaan, di antaranya :
·         Kota Pro-Investasi dari Badan Penanaman Modal Daerah Jawa Tengah
·         Kota Layak Anak dari Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan
·         Wahana Nugraha dari Departemen Perhubungan
·         Sanitasi dan Penataan Permukiman Kumuh dari Departemen Pekerjaan Umum
·         Kota dengan Tata Ruang Terbaik ke-2 di Indonesia
Jokowi yang mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta akhirnya memenangkan Pilkada DKI Jakarta dengan melalui proses pemilu 2 putaran. Pada 15 Oktober 2012, Jokowi dilantik sebagai Gunernur DKI Jakarta. Selamat atas terpilihnya beliau dan semoga amanah bisa dijalankan dengan baik demi kesejahteraan jutaan rakyat Jakarta.
C.    MEMBACA INTENSIF BUKU BIOGRAFI
·         Membaca adalah proses pemahaman terhadap lambang-lambang tulisan.
·         Membaca intensif adalah cara membaca yang dilakukan secara seksama terhadap rincian-rincian suatu teks atau bacaan.
·         Biografi adalah tulisan mengenai kisah nyata perjalanan hidup seseorang.
·         Tujuan membaca buku biografi adalah :
1)      Untuk mencari hal menarik dan mengesankan dari perjalanan hidup tokoh.
2)      Mencari hal yang dapat dicontoh untuk kehidupan sendiri.
3)      Mengumpulkan hal-hal yang disukai pada diri tokoh.
4)      Mencari keistimewaan tokoh.
5)      Mencari intisari riwayat tokoh.
D.    MENARASIKAN TEKS WAWANCARA
·         Fungsi-fungsi dari keterampilan berbahasa yaitu :
a.       Membaca untuk meningkatkan pengetahuan.
b.      Berbicara untuk menyampaikan ide kepada orang lain secara lisan.
c.       Menulis untuk menyampaikan ide sacara tertulis.
d.      Mendengarkan untuk mencermati pesan lisan.
·         Contoh ppekerjaan yang banyak menggunakan kemampuan dialog adalah :
Penyiar radio, pengisi suara dalam sinetron, pelaku drama radio, pembawa berita.
·         Contoh pekerjaan yang menuntut kemampuan mewawancarai adalah :
Wartawan, reporter, jaksa, hakim, dll.
·         Karangan narasi adalah karangan yang mengungkapkan sebuah cerita.
·         Di dalam karangan terdapat pelaku, jalan cerita, tema cerita, dan latar cerita.
·         Menarasikan teks wawancara yaitu mengubah teks bentuk dialog atau wawancara menjadi bentuk paragraf cerita.
·          Agar narasi dari teks wawancara tidak mengurangi kelengkapan dan kejelasan isi wawancara, sebelum menarasikan sebuah teks wawancara kita harus memahami teks wawancara dengan lengkap dan jelas.
·         Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menarasikan sebuah teks wawancara, yaitu :
a.       Membaca dan memahami isi wawancara dengan benar, sehingga dapat mengerti keseluruhan isi yang termuat.
b.      Menyajikan informasi dalam wawancara secara lengkap dan utuh.
c.       Mengubah informasi dari kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung.
d.      Merangkai informasi-informasi menjadi sebuah narasi  yang utuh.

0 comments:

Post a Comment

About Me

Isbakhul Lailatil Fibriyah
View my complete profile